Invalid Date
Dilihat 59 kali
Sejumlah warga di pedalaman Kalimantan Barat mulai berbondong-bondong ke hutan mencari buah durian. Menjelang Natal, durian menjadi penopang ekonomi mereka merayakan hari raya.
Natalia Priska Kusmiati (37), warga Desa Jelayan, Kecamatan Tumbang Titi, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Kamis (12/12/2024), menuturkan, di desa tempat tinggalnya sedang banjir durian (Durio zibethinus).
Diperkirakan, ratusan warga dalam sepekan terakhir mencari durian ke dalam hutan. Durian di sana tidak dipanen dengan cara dipetik, tetapi ditunggu hingga jatuh.
Kamis siang, Priska dan sejumlah kerabatnya mendaki bukit dan menyeberang sungai menuju pohon durian milik mereka di desa setempat. Ada juga warga yang sudah beberapa malam membuat pondok di hutan menunggu durian jatuh.
Priska dan kerabatnya mencari durian untuk dikonsumsi. Namun, tidak sedikit warga setempat yang mencari durian sebagai pendapatan.
Warga di sana sehari-hari menyadap karet. Hanya saja, saat musim hujan, karet kerap sulit disadap.
”Warga lalu pilih mencari durian ke hutan, lalu dijual Rp 8.000-Rp 12.000 per buah. Ada yang menjual di lapak tepi jalan raya, ada juga pembeli yang datang ke dalam hutan,” tutur Priska.
Senada Priska, Polonia Elmi (37), warga lainnya, menuturkan, banyak warga yang menjual durian. Selain uangnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga membeli keperluan saat Natal nanti.
”Saya cari durian untuk dijadikan tempoyak. Tempoyak adalah makanan dari fermentasi durian,” katanya.
Menurut Sani (60), warga lainnya, pembeli durian berasal dari berbagai wilayah, baik Kalbar maupun Kalimantan Tengah. Durian yang dibeli dari warga, kemudian dijual ke berbagai wilayah perkotaan.
”Mereka membawa sepeda motor hingga ke dalam hutan membeli durian,” ujar Sani.
Akan tetapi, tidak di semua wilayah, durian berbuah lebat. Kalaupun ada, harganya terbilang mahal.
Agustinus Bayer (61), warga Dusun Tanjung Tiga, Desa Tanggerang, Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten Ketapang, menuturkan, di daerahnya buah durian terbilang tidak lebat. Jarak kampung Bayer sekitar 30 kilometer dari kampung Priska.
Oleh sebab itu, harganya relatif mahal. Beberapa hari lalu, saat membeli tiga hingga empat durian harganya Rp 100.000.
Di sana, harga seperti itu termasuk mahal. Bahkan, harga olahan durian tempoyak bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram.
Namun, bagi warga pemilik durian, hal itu berkah pada hari hujan dan jelang Natal. Mereka bisa mendapatkan penghasilan dari berjualan durian. Apalagi, tidak setiap tahun durian yang tumbuh di hutan berbuah.
”Durian milik saya termasuk yang tidak berbuah. Maka saya harus membeli durian dari warga,” ujar Bayer.
Durian di Kalbar hampir semuanya tumbuh di hutan dan diwarisi secara turun-temurun oleh keluarga. Pohon-pohon itu tetap subur kendati tanpa perawatan khusus. Usia pohon durian diperkirakan ada yang hingga ratusan tahun. Diameternya ada yang mencapai 60 sentimeter.
Kalbar sebetulnya kaya buah-buahan lokal, tidak hanya durian. Sebagai contoh, buah rambai (Baccaurea motleyana). Kulit buah rambai putih isi dalamnya putih dan manis. Ada juga buah redan (Nephelium mangiayi). Bentuknya bulat kecil merah. Isi dalamnya juga merah dan manis.
Selain itu, dikenal juga buah kembayau (Dacryodes rostrata), di beberapa wilayah yang juga yang menyebutnya kemayau. Bentuknya lonjong berwarna hitam keunguan. Cara memakannya, direndam di air panas. Setelah lembut, pisahkan dari bijinya lalu dicocol dengan madu.
Jika aneka ragam buah lokal berbuah secara serentak, biasanya di daerah-daerah tertentu masyarakat akan ada acara syukuran yang disebut besenggayung atau besenggayong. Warga memainkan alat musik dari bambu untuk merayakan pesta buah.
Warga yang mencari durian ke dalam hutan juga ada yang membawa alat musik tersebut. Namun beberapa tahun terakhir, sudah lama tidak terdengar permainan alat musik senggayung atau senggayong itu karena aneka ragam buah tidak berbuah serentak.
Ketua Yayasan Durian Nusantara yang juga anggota ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar Mohamad Reza Tirtawinata, dalam beberapa kesempatan, menuturkan, Kalimantan khususnya Kalbar merupakan sentra materi genetik durian.
Hampir semua genus Durio zibethinus ditemukan di Kalimantan dengan variasi luar biasa. Tanah Kalbar subur, curah hujan cukup, dan dilintasi garis khatulistiwa.
Potensi durian Kalbar ternyata di tengah hutan yang bisa dikatakan belum terjamah manusia. Publik di Tanah Air mungkin hanya mengenal durian yang sudah ada di atas meja, seperti durian hitam, montong, dan musang king yang merupakan durian negara jiran Malaysia. Padahal di Kalbar ada durian yang dalam beberapa aspek lebih unggul.
Reza menuturkan, di Kalbar terdapat banyak durian kualitas unggul yang tersebar di pedalaman. Setiap dieksplorasi akan ditemukan lagi durian dengan kualitas unggul.
Di Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, perbatasan Indonesia-Malaysia, dia pernah menemukan durian si blih yang dalam beberapa aspek mengungguli musang king. Bila dikembangkan lagi, itu jelas potensi besar bagi bangsa ini.
Aroma durian tidak pernah berhenti memanggil penikmatnya. Dari Kalbar, panggilan itu kembali disuarakan hendak berbagai berkah Natal pada orang di sekitarnya.
Sumber: https://www.kompas.id/artikel/durian-durian-penghias-natal-di-kalbar
Bagikan:
Desa Jelayan
Kecamatan Tumbang Titi
Kabupaten Ketapang
Provinsi Kalimantan Barat
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini